Sampai Kapan Kita Harus Serba Online?

Apakah anda ingat perkataan entah siapa di internet yang berkata “Pembelajaran jarak jauh secara online tidak efektif, karena blablabla (argumen 3 paragraf), betul kan?”. Seketika orang tersebut langsung mendapat buzzer viral dan ya kalian tahu lah lanjutannya gimana. Bukan permasalahan viralnya yang ingin saya bicarakan saat ini. Bukan pula kebodohan perkataan orang tersebut. Disini saya hanya ingin membicarakan respon kita terhadap hal tersebut.

Ngomongin soal respon, mari kita bagi menjadi 3 respon yang berbeda. Respon pertama anggaplah ini respon sang InternetMania, dengan membaca satu hal aneh dari sekian banyak hal aneh di Internet, sang InternetMania ini adalah tipikal orang yang menghembuskan nafas tidak teratur, mengamuk dalam hati, dan mengetik keyboard dengan jari-jarinya yang bergetar, tidak lupa juga ekspresinya yang sudah naik pitam. Jika ini adalah respon kalian sebagai salah satu dari 3 pembaca blog saya perhari yang sangat minim alias tiada pengunjung. Ayolah bung, gue mohon untuk janganlah mendebatkan orang di Internet. Debatkanlah hal yang patut didebatkan seperti kenapa postingan twibbon universitasmu tidak mendapatkan likes lebih dari 200 dan hanya 10 orang yang mengucapkan “congrats” di komen postinganmu. Hey itu juga tidak penting kur, percaya atau tidak beberapa orang memang benar-benar memikirkannya sampai segitu.

Baiklah respon kedua kita memiliki sang Spectator. Kurang lebih bentukannya seperti Amatkan-Cermatkan-Lupakan. Biasanya ini adalah respon yang paling baik yang harus kita miliki. Maksudku, siapa juga sih yang ingin memikirkan hal bodoh di internet yang banyak kemungkinan itu hoax, settingan, blablabla. Dan kalopun memang itu benar nyata. Now what? apa pentingnya? penting hanya untuk media yang ingin membuat title memancing karena itulah yang mayoritas inginkan.

Respon ketiga adalah “the none give a single f*ck” person. Ketika orang tersebut membaca , responnya akan seperti ini “Wow lihat hal aneh di internet, baiklah saya harus mandi karena setengah jam lagi saya ada kerjaan penting”. Inilah bentuk prinsip yang kita butuhkan. Inilah yang diartikan “bodo amat” dengan konteks. Dia hanya mempedulikan apa yang ia pikir patut dipedulikan hingga hal panas yang menjadi trending topic berhasil dia singkirkan. Itulah yang kita butuhkan.

Tidak ada quotes untuk postingan ini, have a nice day readers 🙂

*HEY TOPIK INI TIDAK ADA NYAMBUNGNYA DENGAN JUDUL POSTINGAN*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *