Day and Night

Sekarang sudah jam 3 sore, tidak aku sangka aku benar-benar melewati momen yang sudah lama aku undur alias membuat SIM. Sekitar jam 8 pagi aku sudah sampai di TKP dan setelah aku mengamati sekitaran, tempat masih terlihat kondusif, deretan 4 bangku yang 2 diantaranya disilangkan dengan alasan jaga jarak masih dipatuhi. Aku sudah sangat bersiap untuk menjalankan prosedur pembuatan SIM, “Im ready im ready im ready”, aku mengucapkan dua kata itu trus menerus seperti sedang menyanyikan koor lagu sambil menggoyangkan kepala maju mundur dan membayangkan diriku seperti Spongebob yang ingin membuat SIM. Beberapa jam berlalu kurang lebih sekitar 4 Jam, aku tarik kembali semua omonganku, aku mulai jenuh di tempat ini, aku membawa buku namun tidak aku baca karena disini sangat ramai, jenuh, dan bikin naik pitam.

Semua orang disini ibarat menunggu kereta di stasiun tanpa mengetahui jadwal keberangkatannya jam berapa, keluarkan aku dari sini ada banyak hal yang ingin aku lakukan selain merenung 4 jam berdialog internal sambil mengamati pemandangan orang tertidur menunggu namanya dipanggil atau orang menundukkan kepala mengamati asyik layar hp nya, wow orang di depanku ada yang sedang menonton Happy Feet( film lama tentang pinguin berdansa). Kebetulan sekali, aku mulai menegakkan badanku agar kepalaku lebih tinggi dan bisa mengintip tipis ikut menonton Happy Feet, aku terasa sedikit terhibur.

Akhirnya sudah di tahap terakhir yaitu tahapan pemanggilan kartu SIM. Kita berdiri di lapangan dan menunggu seseorang membawa kumpulan kartu SIM di genggaman tangannya. Kita berdiri di lapangan bergerombolan persis seperti scene pemanggilan nama orang yang akan berkompetisi di Hunger Games. Tak lama kemudian, orang penting tersebut memegang mic depan podium seperti ingin mulai membagikan tumpukan SIM. Seketika gerombolan dari sejauh mata memandang sekitarku mulai merapat hingga ramainya seperti 4 kali dari sebelumnya. Satu persatu nama orang dipanggil dan akhirnya namaku dipanggil. Setelah 5 jam mengikuti prosedur akhirnya aku mendapatkan kartu ajaib tersebut, aku langsung mendekati orang di podium dan meminta kartu SIMku sambil menyebut namaku yang barusan dipanggil. Hebat sekali, genggaman tangan kanannya sekaligus memegang 6 kartu SIM berjejeran membuat bentukan kipas persis seperti trik sulap kartu remi, rasanya aku ingin bertepuk tangan melihat skill keren seperti ini tapi untuk apa coba? Aku rasa dia melakukan itu dengan niat agar orang kagum melihatnya dan ternyata orang tersebut hanya aku. Tanpa basa-basi aku mengambil punyaku, wow kenapa foto mukaku memenuhi 1/4 bagian SIM? Peduli setan, yang penting aku bisa keliling dunia dengan motor tanpa perasaan gelisah.

Aku sangat ingin menjalankan kehidupan setiap hari bangun pagi, tidur larut malam, dan besok tetap bisa bangun pagi, sekarang sudah waktu yang tepat karena aku bangun pagi ingin membuat SIM. Ketikua waktu sudah menunjukkan jam 3 sore aku mengunjungi rumah temanku dengan niat agar tidak tidur karena aku tahu ketika aku pulang aku akan tertidur. Setelah sampai di rumahnya, temanku yang bernama Fauzan sedang berrmain catur dengan kakaknya. Aku langsu0ng duduk ingin menikmati pertandingan catur sengit walau mataku terasa berat sekali. “Tidur? Tidak, tidak, tidak! aku bisa tidur sepuasnya sesudah aku mati, dasar tolol” ucap hatiku kepada mataku.

Beberapa menit berlalu omongan tersebut aku tarik kembali, aku terbaring di kasur empuk kamar Fauzan dengan AC yang sejuk. Menikmati kembali rasanya tidur dengan AC nyala, ah sungguh nyenyaknya, aku bisa tidur disini seharian. AC kamar dirumahku aneh sekali saking anehnya tidak ada tukang AC yang tahu masalahnya apa, setiap dinyalakan, AC kamarku membunyikan suara berisik seperti suara knalpot racing. Bayangkan saja tidur ditemani suara knalpot racing, sungguh nyenyak sekali kan? Ah akhirnya disini aku bisa melupakan AC sinting kamarku, aku menengok melihat AC kamar Fauzan seolah-olah berkata “Tolong jangan menjadi AC autis seperti AC kamarku selama aku tidur disini oke?”. Tak lama kemudian aku tertidur.

Aku terbangun seperti orang gila yang tidak tahu kenapa aku disini, aku melihat jendela dan sudah terlihat jelas langit gelap. Ponsel genggamku ternyata tidak ter-charge selama aku tidur. Oh tidak, impianku berupa bangun pagi, tidur larut malam, dan besoknya bangun pagi malah aku kacaukan hari ini. Ayolah itu akan menjadi kebiasaan yang menyenangkan apabila aku paksa untuk tidak tidur dari hari ini.

Setelah sekitar 1 jam berdiam diri menunggu kehadiran tuan rumah kembali ke rumah, aku menghibur diriku dengan mengamati semua benda yang ada di kamar ini. Lihat, ada bantal kepala Looney Tunes berwarna pink, aku memakainya dan seketika aku teringat masa kecilku walaupun aku tidak tahu Looney Tunes berperan apa di masa kecilku. Pintu terbuka dan akhirnya tuan rumah kembali, aku menahan dorongan untuk tidak bertiak “Tolol! Kenapa aku tidak diajak keluar agar tidak tertidur”. Kita mulai membicarakan suatu topik dan terjadilah komunikasi dua arah, setiap aku berbicara, dia langsung menyaut antara “Gue tau kuur” atau “Makanya itu kuur” atau “Justru itu kuur”. Sungguh manusia yang ajaib.

Singkat cerita sekitaran jam 9 kita berdua pergi ke luar mengunjungi rumah teman kita. Sesampainya di rumah teman kita, aku mulai pelan-pelan membungkuk sambil menurunkan satu tangan dan seperti layaknya manusia yang memiliki adab, tentunya mengucapkan salam. Lisanku mengucapkan salam sembari mataku melirik sekeliling ruang tamu. Ada Hani, Cacans, dan beberapa lukisan sekeliling ruangan, aku sudah lupa berapa lama aku tidak berbicara dengan makhluk bernafas berwujud wanita selain ibuku, aku penasaran obrolan apa yang Hani dan Cacans bicarakan. Fauzan kemudian masuk ruangan berubah menjadi Fauzan fase menyebalkan, atau dengan nama yang lebih enak dibaca mari sebut saja Fauzan berubah menjadi Clownjan, dia berubah menjadi badut ceplas-ceplos mengucapkan apa saja menurut dia yang tentunya lucu untuk dia tapi merugikan untuk orang. Aku sudah biasa dengan hal ini, memang dasarnya setiap orang memiliki fase menyebalkan hingga pertanyaan terakhir yang seharusnya kita tanya terhadap diri kita adalah, “Kau berada di pihak mana? Memuaskan egomu untuk membencinya atau berpihak pada dia dan mewajarkan kekurangannya”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *