Nasjan BK

Keseharian setelah UAS ini sangat berantakan, sebenarnya sekarang baru 2 hari setelah UAS selesai. Tunggu, masih ada UAS susulan karena kompromi manusia-manusia yang tidak puas akan nilai nya, atau kendala server yang dibesar-besarkan mungkin. Aku tidak tau, aku tidak begitu memikirkan nilai. Nilai memang penting untuk sebagai tolak ukur, tapi dibalik nilai ada ilmu yang jauh lebih penting untuk dipahami, dan aku sangat beridealis medepankan ilmu dibanding nilai.

Lihat, sekarang setengah 3 pagi dan aku sedang duduk bersender di tembok balkon sambil menulis ini. Beberapa jam sebelum ini aku sedang menikmati udara sejuk di atas motor tanpa dibisingi polusi kendaraan satu pun. Aku menancap gas tipis hingga kecepatan hanya sekitar 40 ke 50 karena memang aku tidak berburu-buru. Tidak lupa dengan rutinitas earphone pada telinga mendengarkan playlist spotify yang baru aku buat. Entah kenapa, dengan iringan setiap lagu yang beda, otakku mulai membayangkan skenario-skenario atau ide-ide hebat yang ingin aku jalanakan. Sungguh aku sangat suka momen seperti itu, kurang lebih aku menghabiskan waktu membayangkan skenario lebih dari 50% waktu keseharianku, tapi itu hanya 2 hari belakangan ini. Tidak baik untuk keseringan menghayal seperti aku pembaca. Buruk! Aku ulangi itu sangat buruk, pembaca. Aku sedang jalan menuju nasi jantung bulak, klender jakarta timur. Solusi untuk mengenyangkan perut tanpa menghabiskan uang yang banyak. Sesampainya disana, aku teringat becandaan teman tongkronganku karena aku terlihat gembel suka membeli makan disini. Peduli setan, lambungku tidak pernah mengeluh untuk mengolah makanan ini. Beberapa anak muda yang sekilas memiliki umur yang sama denganku sedang nongkrong disana, pada jam dini hari seperti ini mereka terlihat energetik membahas topik yang seru, kalau aku tidak salah dengar, mereka sedang membahas suatu tempat. Aku tidak melanjutkan mendengarkan, aku membesarkan volume lagu yang aku setel karena sedang menyetel lagu The Jackson 5. Lagu ini sangat memberi energi di jam dini hari seperti ini, rasanya aku jadi ingin ikut membahas suatu tempat yang anak-anak ini sedang bicarakan dengan intonasi nada yang rada ngegas agar ikut gabung dengan mereka, tentu aku tahun reaksi tersebut.

Setelah aku keluar dari tempat, aku bersiap untuk menuju depan sekolah, siapa tau ada yang sedang nongkrong. Singkat cerita, setelah aku sampai depan sekolah, suasana sudah sepi dan sunyi. Barangkali orang aneh macam apa yang sedang nongkrong jam 2 pagi depan sekolah sendirian kalau bukan aku. Jujur, awalnya aku ingin duduk depan gerbang sekolah, menikmati suasana kesendirain, walaupun kesendirian sudah menjadi rutinitas kehidupanku. Lalu aku makan nasi jantung, tanpa ditemani satu pun orang, tanpa lagu dari speaker pula, hanya diriku duduk sila depan gerbang sekolah makan nasi jantung seperti psikopat. Tapi aku rasa itu ide yang buruk, karena hal itu bisa meresahkan sekolah. Aku ingat saat aku kelas satu aku pernah terlihat CCTV sekolah sedang nongkrong depan gerbang sekolah agak jauh, walaupun tidak persis, tapi hal itu dipermasalahkan di hari besoknya. Yasudahlah, kehidupan gabut macam itu hanya berlaku saat aku berseragam SMA, sekarang aku sudah kuliah dan waktunya untuk membenarkan hidup sedikit demi sedikit. Aku putuskan untuk pulang dan makan nasi jantung di balkon saja. Lagi-lagi, tempat yang paling nyaman untuk melepas penat. Sejujurnya, aku sangat tidak suka kebiasaan bodoh seperti ini, aku sedang benar-benar sulit untuk tidur jam segini, sialan betul. Namun, aku rasa bentar lagi aku dapat merapihkan kebiasaan disfungsional gaya anak kuliah seperti ini.

Lagipula, aku telah mendengar kabar menyedihkan dari salah satu kawanku mengenai kasus covid-19 ini. Ibu dan adik dari kawanku ini terkena positif, setelah aku mendengarnya aku langsung diam terpaku dan menanyakan “Kok bisa?!”. Bodoh sekali, ya tentu bisa lah. Hari aku mendengar kabar itu kurang lebih 5 hari yang lalu, aku turut bangga dengan diriku dari 5 hari belakangan ini aku hanya keluar 2 kali. Tentunya dengan menjalankan protokol kesehatan. Secara tidak sadar, aku tidak berkommitmen untuk tidak keluar dari 5 hari yang lalu. Tetapi setelah mendengar kabar itu, hati aku inisiatif untuk tetap tinggal di rumah. Keluar pertamaku adalah 2 hari yang lalu, yang aku ketik ceritanya di 2 post sebelum ini. Dan keluarku kedua, saat aku beli nasi jantung barusan. Mari pembaca, kita doakan agar Ibu dan adik kawanku ini yang bernama Aujri cepat sembuh. Dan tentunya beberapa orang yang kita kenal maupun tidak agar tetap sehat selalu. Ingat untuk tetap di rumah saja pembaca! Jalankan protolok kesehatan apabila berada di luar!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *